Anak adalah penyejuk hati bagi orang tuanya. Mereka adalah aset masa depan, baik di dunia maupun di akhirat kelak. Tingkah laku anak merupakan cerminan dari pendidikan yang diajarkan oleh orang tuanya sekaligus cerminan akhlak yang ditanamkan oleh orang tuanya. Sebagai aset dunia, baik dan buruknya perilaku anak, luhur dan tidaknya akhlak anak merupakan sumber kemuliaan dan hinaan bagi orang tua. Sementara sebagai aset akhirat, shalih dan tidaknya anak, berbakti dan tidaknya anak, menjadi jalan untuk membukakan pintu syurga atau neraka bagi orang tuanya. Oleh karena itu, orang tua memiliki peranan yang sangat penting dalam tumbuh kembang anak, tidak hanya memperhatikan dari sisi pertumbuhan fisik anak, namun lebih jauh memperhatikan kondisi moral anak.
Penyebab anak jadi nakal. Pentingnya peran orang tua dalam membentuk anak shalih dan shalihah menjadi kekhawatiran sendiri bagi orang tua, terlebih mengingat saat ini mereka dihadapkan dengan derasnya arus informasi dan kelamnya pergaulan remaja yang bisa merusak buah hati mereka. Setiap orang tua tentu was-was apakah anaknya bisa sesuai harapan orang tuanya ataukah justru tumbuh menjadi anak yang nakal, susah diatur, serta suka melawan? Berikut ini adalah beberapa kesalahan orang tua yang menyebabkan anak susah diatur:
1. Tidak memfokuskan pendidikan pada agama.
Ilmu agama penting dalam bangunan fondasi akhlak seorang anak. Sedini mungkin anak seharusnya dikenalkan terhadap tuhannya, ditanamkan pada hati mereka agar takut saat melanggar peraturan dari Allah, serta diberikan cerita kisah-kisah Rasulullah, sahabat Rasulullah dan para alim ulama yang memiliki kepribadian yang santun dan luhur.
Pendidikan tentang ketauhidan juga sudah diajarkan oleh Allah melalui kisah keluarga Luqman yang tertuliskan dalam Al-Qur’an:
“Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya di waktu ia member pelajaran kepadanya: “ Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah adalah benar-benar kezaliman yang besar.” (TQS. Luqman: 13).
Kisah-kisah dari orang yang luar biasa bisa menambah motivasi anak untuk mencontoh keteladanan yang diajarkannya. Selain itu, jika orang tua terbiasa menceritakan kisah-kisah dari orang luar biasa tersebut, mereka juga akan tumbuh menjadi anak yang memiliki visi dalam kehidupannya.
2. Orang tua tidak menjadi tauladan yang baik
Anak merupakan peniru ulung. Mereka melihat semua hal yang berada di sekitar mereka, terlebih melihat dan meniru apa yang dilakukan orang tuanya. Jika orang tuanya selalu mencontohkan akhlak yang baik dan tutur kata yang lembut, maka anak-anak akan terbiasa dengan hal yang demikian. jika orang tua rajin melaksanakan shalat, maka anaknya pun akan mengikuti orang tuanya, sehingga sudah sewajarnya ketika orang tua menyuruh anak-anak mereka shalat, maka orang tua pun juga melaksanakannya. Allah berpesan dalam Surat Ash-Shaff ayat 3 kepada setiap orang untuk mengerjakan apa yang mereka katakan, tidak lantas hanya pandai menyuruh, namun tidak melaksanakan sesuai apa yang disuruhnya.:” an taquulu maa la taf’aluun”,
3. Orang tua terbiasa memberikan celaan, hinaan, kutukan dan kekerasan pada anak.
Pendidikan terhadap anak yang disertai celaan dan hinaan, apalagi kekerasan tidak akan menghasilkan apa-apa selain celaan dan hinaan pula. Anak yang suka membentak kepada orang tua, melawan pada orang tua dan berani kasar pada orang tua, maka orang tua sebaiknya introspeksi diri apakah dulu mereka dididik dengan gertakan dan celaan. Menghina orang lain saja Allah melarangnya, terlebih menghina anak sendiri. Karena ucapan orang tua bisa menjadi doa orang tua untuk anaknya. Jika orang tua sering berkata pada anaknya, “Dasar anak nakal!”, maka anak pun bisa tumbuh menjadi pribadi yang nakal.
Dengan demikian, orang tua sudah sepantasnya menghindari kesalahan di atas dalam menerapkan pendidikan pada anak. Pendidikan yang salah akan menghasilkan generasi-generasi yang bermasalah dan salah arah. Mari sejak dini belajar atas kesalahan yang jamak terjadi di negeri ini dan mulai membenahi generasi ini dimulai dari menerapkannya pada keluarga sendiri, kemudian menyampaikannya pada orang-orang sekitar agar terwujud masyarakat yang berkepribadian Islami dan tangguh, serta lebih jauh kita tidak termasuk dalam orang tua yang merugi. (islampos)